DAKWAH UNTUK MENCAPAI RIDHA ILAHI

Tuesday, April 21, 2009

Kita Bertanya ------> Al-Quran Menjawab


KITA BERTANYA : KENAPA AKU DIUJI ?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," ("I am full of faith to Allah") sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan, sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."
-Surah Al-Ankabut ayat 2-3

KITA BERTANYA : KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN ?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Boleh jadi kamu membenci sesua tu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
- Surah Al-Baqarah ayat 216

KITA BERTANYA : KENAPA UJIAN SEBERAT INI ?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
- Surah Al-Baqarah ayat 286

KITA BERTANYA : KENAPA RASA FRUST ?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Jgnlah kamu bersikap lemah, dan jgnlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah org2 yg paling tinggi darjatnya, jika kamu org2 yg beriman."
- Surah Al-Imran ayat 139

KITA BERTANYA : BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA ?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan) , dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah (be fearfull of Allah The
Almighty) kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan)."

KITA BERTANYA : BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA ?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang
yang khusyuk"
- Surah Al-Baqarah ayat 45

KITA BERTANYA : APA YANG AKU DAPAT DRPD SEMUA INI?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari org2 mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga utk mereka... ?
- Surah At-Taubah ayat 111

KITA BERTANYA : KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
AL-QUR’AN MENJAWAB
"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari Nya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal."
- Surah At-Taubah ayat 129

KITA BERKATA : AKU TAK DAPAT TAHAN!!!
AL-QUR’AN MENJAWAB
"... ....dan jgnlah kamu berputus asa dr rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dr rahmat Allah melainkan kaum yg kafir."
- Surah Yusuf ayat 12
Read More...

BERKELUH KESAH, TANDA JIWA YANG LEMAH


eluh kesah, mungkin bagi sebagian orang merupakan cara untuk membebaskan diri dari tekanan persoalan. Atau juga sekedar mengurangi beban jiwa karena masalah yang sedang mendera. Karenanya, bagi yang menjadikan itu semua sebagai alas an pembenaran, keluh kesah pun menjadi kebiasaan. Dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja, bicaranya hanya keluh kesah semata. Konon curhat, katanya. Seolah ia adalah orang yang paling besar beban hidupnya, sepertinya hanya dia sendiri yang mempunyai permasalahan hidup. Ia nampak merana dan tidak beruntung, nikmat yang Allah karuniakan yang demikian banyak dan tak terhitung seperti tidak berarti dan tidak bernilai apa-apa. Sungguh naif!
Siapa sih, di dunia ini yang bebas dari persoalan? Pasti tidak ada! Tiada yang seratus persen nihil dari kesulitan. Setiap orang niscaya punya masalah, masing-masing pasti dihadapkan pada problematika pribadinya. Karena memang demikian kehidupan, ia pada hakikatnya adalah ujian, didalamnya ada pergiliran susah-senang, duka-gembira, pendapatan-kehilangan, kelapangan-kesempitan, dan seterusnya. Allah berfirman :” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS. Al-Mulk:2).

Sungguh , keluh kesah adalah tanda kelemahan hati dan kerdilnya jiwa. Ia melihat persoalan dengan asumsi “ pasti tidak terselesaikan”, memandang beban sebagai “yang tidak tertanggungkan”, dan menatap jalan keluar dengan kebuntuan. Padahal setiap masalahan ada solusinya, setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya, dan Allah tidak mungkin menberikan beban diluar kemampuan hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Allah tidak membebani seorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapatkan siska (dari kejahatannya) yang dikerjakannya.”(QS.Al-Baqarah:286).
Maka pribadi yang tangguh dan memiliki izzah adalah pribadi yang berjiwa besar dan berhati kokoh. Karena ujian itu pasti, maka dia harus memenangkannya. Keluh kesah tidak pantas disandangnya sama sekali.
Dihadapan manusia, orang yang suka berkeluh kesah adalah sesosok pribadi yang rapuh yang niscaya akan dianggap lemah. Citranya, hanya butuh dikasihani dan diberikan rasa iba. Wallahu A’lam (hanif).

Read More...

Mengapa Harus Berdamai Dengan Masa Lalu?


Barang kali hari ini kita sedang meratapi sesuatu yang hilang dari genggaman, atau sedang menangisi prestasi yang gagal diraih, atau sedang menyesali sebuah capaian hasil yang tidak maksimal, entah ia berupa kepemimpinan yang gagal, atau bisnis yang merugi, atau pendidikan yang terbengkalai, atau karir yang terhenti, lalu membuat kita menyalahkan diri sendiri seraya berucap, “andaikan dulu aku tidak begini”, atau, “Kalau saja dulu aku lebih gigih.”
Segala yang terjadi dalam hidup kita, yang melenceng dari rencana dan niat semula, meskipun kita sering menyalahkan takdir atau orang lain, tetapi dalam lubuk hati yang paling dalam, kita tetap mennyalahkan diri kita sendiri. Kegagalan dan segala hal yang menyebabkannya, hari ini kita catat sebagai kesalahan masa lalu yang selalu disesali.
Mengapa harus berdamai dengan masa lalu? Ada banyak alasan mengapa kita perlu melakukan hal itu. Dan berikut ini mungkin bisa menjadi jawaban agar kita mau melakukannya.

Melepaskan diri dari belenggu
Kesalahan-kesalahan masa lalu kadang menjadi belenggu; memandekkan pikiran, melumpuhkan ide, dan mematikan kreativitas. Memaafkan diri sendiri atas kesalahan-kesalahan tersebut, barangkali bisa menjadi salah satu pencerah atas keadaan itu; membuka kembali keran yang telah lama tersumbat, dan mencairkan kembali pikiran yang sudah lama membeku. Jika kita membiarkan diri kita terus menerus dikuasai oleh kesalahan-kesalahan masa lalu, sesungguhnya kita sedang merelakan diri sendiri dipenjarakan oleh kesengsaraan, kecemasan, dan kesedihan. Kita akan jauh merasa lebih lega dan lebih percaya diri untuk membuat keputusan penting dalam hidup kita selanjutnya setelah kita bisa memaafkan diri sendiri.

Sebagai pelajaran agar kesalahan tidak lagi berulang
Jika kita meyakini suatu kesalahan sebagai sesuatu yang salah bukan berarti hal tersebut harus akan tarus menghantui kita untuk terus mamilih cara yang salah. Kesalahan adalah suatu hal yang sangat manusiawi, namun ketika kita melakukan kesalahan kita akan belajar lebih banyak tentang hidup dan mengenali langkah-langkah yang benar. Karena itu berdamailah dengan perasaan bersalah kita. Sadari bahwa perasaan bersalah adalah suatu hal yang normal dan alamiah. Kekurangan kita di masa lalu tidak boleh menguasai diri kita untuk hari ini dan selanjutnya, tetapi kitalah yang harus menguasai kekurangan itu.

Memaafkan berarti mengajarkan kearifan pada diri sendiri
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara bijaksana dalam mengendalikan diri sendiri dan amarah. Setiap orang yang mencintai dirinya sendiri, pada akhirnya akan memaafkan kesalahan dan kekurangan diri sendiri. Itulah yang dimaksud dengan berdamai dengan diri sendiri, mampu mencintai diri sendiri dan memenuhi hati dengan cinta dan kasih sayang. Kesalahan-kesalahan di masa lalu terkadang memang terasa pahit, karena itu memaafkan diri sendiri adalah cara kita mengubah sikap dan sifat yang emosional dalam diri menjadi pribadi yang rela, bijak, dan arif.

Membangkitkan kembali optimisme yang hilang.
Terkadang stres itu bukan datang dari faktor luar, tapi dalam diri sendiri. Seperti ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan merasa bersalah terus karenanya. Rasa bersalah yang terus menerus akan membuat diri kita selalu dihinggapi ketakutan. Takut berbuat kesalahan lagi dan kehilangan kepercayaan diri. Jika diri kita tidak sanggup memaafkan diri sendiri, berarti selama ini kita hanya mengharapkan sesuatu yang tidak nyata dengan kata ”kalau saja...” dan tidak akan pernah selesai. Kita harus terus melanjutkan hidup. Dengan membangun kesadaran seperti itu, maka keputusan memaafkan diri akan menjadi sebuah langkah awal membangun optimisme dan semangat hidup yang baru, untuk meraih cita-cita atau kesuksesan yang tertunda.

Read More...

Pemaafan pada diri adalah sebentuk kesadaran, untuk memulai lagi semua pembenahan.


Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang berambisi untuk memiliki kepribadian yang mulia dan derajat yang tinggi, hendaklah ia memaafkan yang menzaliminya, memberi kepada orang yang tidak suka memberi kepadanya, dan menghubungkan tali silaturahim kepada orang yang memutuskan hubungan dengannya.”
Kemampuan memaafkan adalah kekuatan. Didalamnya terkandung pula keniscayaan untuk mampu memaafkan diri sendiri. Kadakala teramat sulit memaafkan diri sendiri, dan ini menjadi teramat sulit pula untuk membuka pintu maaf bagi orang lain. Karena yang ada adalah rangkaian penolakan pada kekurangan dan tuntutan pada kesempurnaan. Yang ada adalah kecewa terus menerus pada diri sendiri, dan sakit hati yang terpendam pada orang lain.
Inilah yang mendatangkan kekacauan. Aidh al-Qarni mengatakan agar bertanya pada diri sendiri, akankah kita harus menjadikan hari ini menjadi sedemikian getir dengan membayangkan hal-hal yang telah terjadi di masa lalu, yang telah lapuk bersama berlalunya waktu dan zaman. Ataukah sebaliknya, saat bangun di pagi hari, kita telah bertekad untuk menggunakan sebaik-baiknya hari ini dan mengambil faedah yang sebesar-besarnya dari waktu yang hanya berjumlah dua puluh empat jam ke depan.

Setelah kemampuan pemaafan diri sendiri, kemampuan untuk toleran dan memaafkan orang lain kerap kali mengikuti. Inilah sumber kejernihan hati. Sebaliknya, dendam yang terus tersimpan, akan makin menggoyahkan persendian jiwa. Dr. Russel cecil dari Fakultas Kedokteran universitas Cornell menyebutkan empat sebab utama yang membuat goyahnya persendian, diantaranya perasaan terhina dan dendam kesumat.
Demikianlah, dendam dan ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain akan menjerumuskan. Sebaliknya, seusai pemaafan pada diri sendiri, kemampuan untuk toleran dan memaafkan orang lain kerap kali mengikuti. Hatim berkata, “Aku ampuni kata-kata buruk orang mulia sebagai simpanannya, aku berpaling dari cemoohan orang yang suka mencemooh karena sikap muliaku.” Seseorang pernah berkata kepada Abu Bakar, “Demi Allah, aku akan cerca Anda dengan cercaan yang akan Anda bawa sampai kedalam kuburmu.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, tapi cercaanmu akan masuk bersamamu ke dalam kuburmu.”
Hidup ini jelas bukanlah untuk dijalani dengan simpanan amarah dan dendam pada kesalahan orang lain. Hidup ini jelas bukanlah untuk dijalani dengan berkubang pada himpitan kesedihan akibat ketidakmampuan memaafkan diri sendiri. Bahkan dalam posisinya yang tertinggi, dalam interaksi dengan Rabb semesta alam, harapan dan doa pada pengampunan untuk diri semestinya selalu dipanjatkan. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 147, Allah berfirman, ‘Tidak ada doa mereka selain ucapan, ‘Ya rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”’ (QS Ali ‘Imran:147).
Read More...

Cepretan

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template