DAKWAH UNTUK MENCAPAI RIDHA ILAHI

Tuesday, April 21, 2009

Pemaafan pada diri adalah sebentuk kesadaran, untuk memulai lagi semua pembenahan.


Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang berambisi untuk memiliki kepribadian yang mulia dan derajat yang tinggi, hendaklah ia memaafkan yang menzaliminya, memberi kepada orang yang tidak suka memberi kepadanya, dan menghubungkan tali silaturahim kepada orang yang memutuskan hubungan dengannya.”
Kemampuan memaafkan adalah kekuatan. Didalamnya terkandung pula keniscayaan untuk mampu memaafkan diri sendiri. Kadakala teramat sulit memaafkan diri sendiri, dan ini menjadi teramat sulit pula untuk membuka pintu maaf bagi orang lain. Karena yang ada adalah rangkaian penolakan pada kekurangan dan tuntutan pada kesempurnaan. Yang ada adalah kecewa terus menerus pada diri sendiri, dan sakit hati yang terpendam pada orang lain.
Inilah yang mendatangkan kekacauan. Aidh al-Qarni mengatakan agar bertanya pada diri sendiri, akankah kita harus menjadikan hari ini menjadi sedemikian getir dengan membayangkan hal-hal yang telah terjadi di masa lalu, yang telah lapuk bersama berlalunya waktu dan zaman. Ataukah sebaliknya, saat bangun di pagi hari, kita telah bertekad untuk menggunakan sebaik-baiknya hari ini dan mengambil faedah yang sebesar-besarnya dari waktu yang hanya berjumlah dua puluh empat jam ke depan.

Setelah kemampuan pemaafan diri sendiri, kemampuan untuk toleran dan memaafkan orang lain kerap kali mengikuti. Inilah sumber kejernihan hati. Sebaliknya, dendam yang terus tersimpan, akan makin menggoyahkan persendian jiwa. Dr. Russel cecil dari Fakultas Kedokteran universitas Cornell menyebutkan empat sebab utama yang membuat goyahnya persendian, diantaranya perasaan terhina dan dendam kesumat.
Demikianlah, dendam dan ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain akan menjerumuskan. Sebaliknya, seusai pemaafan pada diri sendiri, kemampuan untuk toleran dan memaafkan orang lain kerap kali mengikuti. Hatim berkata, “Aku ampuni kata-kata buruk orang mulia sebagai simpanannya, aku berpaling dari cemoohan orang yang suka mencemooh karena sikap muliaku.” Seseorang pernah berkata kepada Abu Bakar, “Demi Allah, aku akan cerca Anda dengan cercaan yang akan Anda bawa sampai kedalam kuburmu.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, tapi cercaanmu akan masuk bersamamu ke dalam kuburmu.”
Hidup ini jelas bukanlah untuk dijalani dengan simpanan amarah dan dendam pada kesalahan orang lain. Hidup ini jelas bukanlah untuk dijalani dengan berkubang pada himpitan kesedihan akibat ketidakmampuan memaafkan diri sendiri. Bahkan dalam posisinya yang tertinggi, dalam interaksi dengan Rabb semesta alam, harapan dan doa pada pengampunan untuk diri semestinya selalu dipanjatkan. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 147, Allah berfirman, ‘Tidak ada doa mereka selain ucapan, ‘Ya rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”’ (QS Ali ‘Imran:147).

0 comments:

Cepretan

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template